Bagiku keajaiban pertama dalam hidup adalah waktu aku bertemu dengan cinta pertamaku untuk pertama kalinya Cinta pertamaku adalah 2 orang manusia yang mengajariku apa itu afeksi dengan cara menerapkannya. Ialah orang tuaku. Bahkan mereka mengajarkan aku bagaimana betapa bahagianya dicintai sejak aku masih berupa seonggok daging yang berdenyut. Pertemuan pertama kami, disitu aku yakin mereka jatuh cinta padaku dari tatapan pertama. Love at the first sight. I know it is true.
Pernah bermain game namun diset auto? Itulah orang tuaku. Aku sebagai character yang bebas melalukan apa saja, namun ketika dirasa menyimpang mereka mengambil alih lagi kendali seolah game berubah menjadi manual mode. Belasan tahun aku merasa tidak suka, tidak nyaman, bahkan marah ketika hidup dibawah manual mode orang tuaku. Mungkin aku secuil orang yang menghabiskan malam miggu di rumah selama SD - SMP karena keluarga kami punya 'tradisi' Family Weekend disaat teman - temanku gencar - gencarnya mengajak jalan ke Mall baru di Jogja (Amplaz saat itu). Mungkin aku secuil anak muda yang menjalankan Cinderella's Rule. Ya, bahkan sampai usia ini pun aku masih memiliki jam malam, masih di telepon disuruh pulang, dan iya, masih menerima pesan singkat "Udah pulang belum?". Aku juga termasuk anak yang paling ribet diajak keluar karena segala informasi harus jelas sejelas - jelasnya. Terakhir, aku termasuk di secuil orang yang belum mendapatkan izin pacaran (Bentar lagi izin turun. Tenang aja, kelengkapan info mengenai hal ini bisa konsultasi langsung dengan Bu Poppy (Ibu) atau Pak Hery (Ayah):p). Berasa kalah dengan anak SD yang bahkan sudah bisa 3M - Malu Malu Menggandeng. PS : Aku tahu tanteku membaca ini, boleh bantu untuk memperlancar turunnya izin ya kan Tahun 2016 ini spesial karena bilik kedewasaanku dibuka sedikit lebih lebar oleh Yang Maha Kuasa untuk belajar menerima dan mengerti tentang apa yang sebetulnya orangtuaku harapkan dari putri sulungnya. Selama ini antara aku dan orangtuaku, masing - masing memiliki blind side. Aku yang tidak tahu mengapa mereka mendidikku seperti itu, dan mereka yang tidak bisa melihat jawaban mengenai akan menjadi seperti apakah aku dididik dengan didikan seperti ini. Pak Hery seorang ayah yang rasanya tidak pernah puas terhadap apa yang dilakukan putrinya. 1 halaman karangan Bahasa Inggris tugas sekolah harian bisa 3x revisi oleh beliau. Belajar mobil dari pertama kali kenal dengan pedal - pedal sampai akhirnya perdana mengendarai sendiri butuh waktu 1 tahun. Bukan karena aku tidak bisa atau tidak berani melainkan tiap minggu selalu jawaban "Nggak boleh. Besok aja" yang dilontarkan setiap permohonan izin membawa mobil dilayangkan. Hingga suatu ketika Abigail yang sedang mempersiapkan bahasa inggris dengan kesal membentak ayahnya "Buat papi aku selalu gabisa. Orang lain aja bilang aku udah cukup oke kok. Nggak parah, bagus malah.", yang justru disahut dengan tenang "Papi mau kamu nggak sekedar bisa tapi menguasai.". Sama ketika izin menyetir mobil diberikan, "Papi rasa kamu sudah menguasai, Papi nggak khawatir lagi". Pak Hery bukannya tidak bisa puas. Beliau hanya tahu kalau anaknya sanggup lebih dari bisa. Beliau hanya ingin merasa tenang dan tentram ketika melepas anaknya. Bu Poppy adalah tipikal ibu yang gemar mencari anak - anaknya. Mulai dari zaman TK yang masih main hanya di rumah tetangga sampai zaman tidak berseragam yang kalau main sudah pindah kabupaten. Dari zaman kalo mencari dan menyuruh pulang dengan cara 'disamper' sampai sekarang dengan memencet icon "CALL" berkali - kali. SMP adalah saat pertama aku mulai main sendiri tidak dalam jangkauan orangtua. Ibu ribet satu ini meminta kontak dari teman - temanku yang biasa pergi denganku. Beliau tidak tahu seberapa malu rasanya memaksa kalimat "Eh pinmu aku kasih mamiku di acc ya." serta penjelasan - penjelasan lainnya keluar dari mulutku. SMA pun sama, namun aku sudah kebal muka. Menjadi seorang aku tidak bisa mengantungi izin hanya dengan kalimat "Ma, aku pergi dulu". Pasti harus menjawab pertanyaan seperti mengisi formulir mulai dari keperluannya apa, dengan siapa, naik apa, jam berapa sampai jam berapa, berapa orang, kalau orangnya belum kenal diminta ketemu dulu di rumah. Belum lagi pertayaan - pertanyaan "Nanti kalo...... gimana?", "Bagaimana kalo.....", dan sejenisnya. Dari kebiasaan inilah aku menjadi seorang planner. Hidupku lebih teratur dan jelas secara rencana, dan aku jadi bisa memikirkan apa yang harus aku lakukan ketika aku punya keinginan. Semua hal yang kuanggap gangguan itu hayalah bentuk kasih sayang. Kekhawatiran seorang ibu yang aku percaya tidak akan hilang sampai ia mempercayakan posisinya diambil alih lelaki pilihanku. Setelah bertahun - tahun merasa terganggu dan tidak suka dengan kebijakan - kebijakan itu, aku sadar menjaga anak untuk tetap sesuai jalurnya tidaklah mudah. Mengarahkan character yang sudah terlalu lama di auto mode kembali ke tujuan kita pun tidak gampang. Banyak player yang memilh discard game dan start a new game. Tapi tidak untuk orang tua kepada anak. Orang tua tidak bisa quit mencintai, sehingga mereka pasti mengusahakan yang terbaik anak - anaknya. Untuk cinta pertamaku, Terima kasih.
4 Comments
Dara
26/9/2016 12:36:42 am
Bikin terharu dikit.
Reply
Kamu pinjem IEP di aku
26/9/2016 12:40:30 am
Mungkin pola pikir anak sama ortu nggak bisa bener-bener klik sempurna karena beda generasi Del. Ada beberapa pandangan yang bisa beda banget kalau didiskusiin. Jadi kalau kamu ngerasa kebijakan mereka 'aneh', menurutku sih wajar *insert meme i-know-dat-feel here* hehehe
Reply
26/9/2016 12:54:54 am
Ah I know you :p IEP nya udah balik lho ya wkwk. Iya, sih, kebetulan ortu ku rada ngikutin perkembangan zaman, tapi ya itu kadang jadi anak gatau maunya ortu, ortu juga gatau maunya anak gimana :))) classic problem
Reply
Leave a Reply. |
AuthorHi! I'm Abigail Adeline. You can call me whatever because I have a tons of nicknames. Currently a student and have a big willingness to be a mom in the future (IYALAH!). Through this blog I'm trying to share my experiences because you know what, learn from your own experiences is good but learn from others' experiences is better. Archives
January 2017
Categories
All
|