Sesungguhnya jarak hanya akan diam dan membiarkanmu menikmati kebersamaan. Namun ada kalanya jarak bosan tidak diakui keberadaannya, ia pun membentang. Syukur, waktu masih berbelas kasih, sehingga kebersamaan masih ada walau hanya sewaktu – waktu. Kala itu Jarak mulai disebut – sebut dalam kebersamaan. Belum cukup bagi jarak, ia berkorelasi dengan waktu. Detik itu juga, tidak ada lagi kebersamaan. Jarak pun menang karena tiap ada orang bertanya mengapa kebersamaan hilang, namanya lah yang disebut. Aku, kamu, kita. Dalam berhubungan selalu ada jarak dan batas diantara individu. Hanya saja bagaimana menjaganya untuk tetap dekat atau menjauh. Ketika kita sudah menjadi sedekat nadi, seringkali kita lupa aka kenyataan keberadaan jarak.
Waktu. Itulah kontrol dari jarak. Semakin banyak waktu diluangkan, semakin sedikt jarak pemisah. Akan timbul tiga kemungkinan. Mereka yang membangun jarak lebih renggang karena banyak meluangkan waktu, namun tidak waktu yang berkualitas, mereka yang memutuskan untuk menikmati waktu sendiri, atau mereka yang meluangkan waktu terbaiknya sehingga jarak merapat, dan hadir keberamaan diantara mereka. Ketika bukan pilihan terakhir yang diambil, manusia akan menjalani hidupnya masing - masing. Ketika mereka dipertemukan lagi oleh takdir, mereka hanya memiliki kenangan. Ketika ditanya mengenai kenangan itu, jaraklah yang dipesalahkan.
0 Comments
Leave a Reply. |
AuthorHi! I'm Abigail Adeline. You can call me whatever because I have a tons of nicknames. Currently a student and have a big willingness to be a mom in the future (IYALAH!). Through this blog I'm trying to share my experiences because you know what, learn from your own experiences is good but learn from others' experiences is better. Archives
January 2017
Categories
All
|